Soal-Soal Stokiometri

1. Jika diketahui massa 1 atom unsur A mempunyai massa 1,08 x 1022 gram dan massa 1 atom C—12 adalah 1,99.10-23 gram, maka massa atom elative dari unsure A adalah
A. 5,4
B. 10,8
C. 65
D. 130
E. 150

2. Bilangan Avogadro = 6,02 x 10 menunjukkan tentang
1) jumlah molekul dalam 1 mol senyawa
2) jumlah ion dalam 1 mol ion
3) jumlah atom dalam 1 mol atom
4) jumlah partikel dalam keadaan standar
3. Pupuk yang paling banyak Mengandung nitrogen (Ar N= 14) adalah..
A. (NH4 )2 SO4 (Mr = 142)
B. (NH4 )2 PO4 (Mr = 150)
C. (NH2 )2 CO (Mr = 60)
D. NH4 NO3 (Mr = 80)
E. NaNO3 (Mr = 85)

4. Unsur Rhenium mempunyai 2 isotop yaitu 85Re dan 87Re dengan perbandingan jumlah atom = 2 : 3. Massa atom relatif Re adalah
A. 185,2
B. 185,5
C. 186,0
D. 186,2
E. 186,5

5. Senyawa berikut yang mengandung jumlah atom O sama dengan jumlah atom O dalam 2 mol H2 S04 adalah.
1) 1 mol Ca3 (P04 )2
2) 2mo1Na2 C2 O4
3) 2 mol KMnO4
4) 1 mol Fe(N03 )2
6. Jumlah mol belerang dalam 24 gram pirit FeS2 (A Fe = 56 dan S 32) adalah
A. 0,02
B. 0,04
C. 0,10
D. 0,20
E. 0,40

7. Jumlah partikel ion yang terdapat dalam 25 gram CaCO3 (Ar Ca = 40; C = 12; O= 16) adalah
A. 6,02 x 1023 partikel ion
B. 3,01 x 1023 partikel ion
C. 5,02 x 1023 partikel ion
D. 6,02 x 10 -23 partikel ion
E. 3,01 x 10-23 partikel ion

8. Jika pada STP, volum dan 4,25 gram gas sebesar 2,8 liter, maka massa molekul relatif gas tersebut adalah
A. 26
B. 28
C. 30
D. 32
E. 34

9. Suatu senyawa oksida dan nitrogen mengandung 63,16% nitrogen (Ar =14) dan 36,84% oksigen (Ar =16). Senyawa tersebut adalah
A. NO
B. N2O
C. NO2
D. N2O3
E. N2O5

10. Suatu senyawa dengan rumus C12H22O11 mengandung 72 gram karbon, dan oksigen sebanyak. . . (Ar H =1 C =12, O = 16)
A. 11
B. 12
C. 66
D. 72
E. 88

11. Diketahui persamaan reaksi:
C(s) + 2H2 (g) → CH4(g).
Jika volum H2 yang direaksikan 2,24 L pada keadaan STP, maka jumlah partikel gas CH4 yang dihasilkan adalah (NA = 6,02 x 1023).
A. 3,01 x 1021
B. 3,01 x 1022
C. 3,01 x 1023
D. 6,02 x 1022
E. 6,02 x 1023
12. Cuplikan bubuk besi sebanyak 5 gram dipanaskan dengan gas klorin menghasilkan 10 gram besi(II) klorida, FeCI2, (Ar Fe = 56, Cl = 35,5). Kadar unsur besi dalam cuplikan tersebut adalah .
A. 4,41%
B. 14,20%
C. 71,00%
D. 88,20%
E. 100,00%

13. Pirimidin tersusun dan 60% karbon, 5% hidrogen, dan sisanya nitrogen (Ar H = 1, C = 12, N = 14). Jika massa molekul relatif pirimidin adalah 80 maka rumus molekulnya adalah....
A. C2 H2 N
B. C4 H4 N2
C. CH6 N
D. C5 H5 N3
E. C6 H6 N3

14. Sebanyak 76 gram campuran gas metana dan etana dibakar sempurna sehingga dihasilkan 220 gram gas CO2. JikaAr C = 12, H = 1, dan O = 16, maka berat gas metana di dalam campuran gas tersebut adalah .
A. 16 gram
B. 160 gram
C. 6 gram
D. 60 gram
E. 12 gram

15. Pada pemanasan, HgO akan terurai menurut reaksi:
2HgO(s) — 2Hg(l) + O2(g)
Path pemanasan 108 gram HgO akan terbentuk 4,8 gram O2, maka HgO yang terurai sebanyak. . . . (Ar Hg = 200, O = 16)
A. 40%
B. 50%
C. 60%
D. 75%
E. 80%

16. Satu mol logam L bereaksi dengan asam sulfat menghasilkan 33,6 liter gas hidrogen (STP). Rumus garam yang terbentuk adalah .
A. LSO4
B. L(SO4)2
C. L2(SO4)3
D. L2(SO4)5
E. L(SO4)5

17. Sebanyak x gram FeS (Mr = 88) direaksikan dengan asam klorida menurut reaksi:
FeS + 2HC1 — FeC12 + H2S
Pada akhir reaksi diperoleh 8 liter gas H2S. Jika pada keadaan tersebut satu mol gas H2 S bervolum 20 liter maka nilai x adalah .
A. 8,8
B. 17,6
C. 26,4
D. 35,2
E. 44,0

18. Pada suhu dan tekanan tertentu, 2 gram gas X2 mempunyai volum 1 liter. Jika pada suhu dan tekanan yang sama 7,5 gram gas C2 H6 (Mr = 30) mempunyai volum 10 liter, maka massa atom relatif X ialah .
A. 20
B. 25
C. 40
D. 60
E. 80
19. Massa 5 liter nitrogen pada T dan P tertentu adalah 5,6 gram. Berapa jumlah atom He yang terdapat dalam 10 liter gas He pada T dan P tersebut? (tetapan Avogadro = 6 x 1023; Ar N = 14)
A. 1,2 x 1023 atom
B. 2,4 x 1023 atom
C. 2,7 x 1023 atom
D. 4,8 x 1023 atom
E. 5,4 x 1023 atom

20. Pada suhu dan tekanan tertentu 0,5 liter gas NO (Mr = 30) massanya 1,5 gram. Volum gas oksigen pada suhu dan tekanan yang sama, yang dihasilkan jika 49 gram KCIO3 (Mr = 122,5) dipanaskan adalah .
A. 2L
B. 4L
C. 6L
D. 8L
E. 12L

21. Sebanyak 10 cm3 hidrokarbon tepat bereaksi dengan 40 cm3 oksigen menghasilkan 30 cm3 karbon dioksida. Jika volum semua gas diukur pada suhu dan tekanan sama, maka rumus hidrokarbon tersebut adalah .
A. CH4
B. C2 H6
C. C3 H6
D. C3 H4
E. C4 H8

22. Sebanyak 40 mL gas hidrokarbon Cn H2n memerlukan 600 mL udara (mengandung 20% oksigen) untuk pembakaran sempurna. Semua gas diukur pada suhu dan tekanan yang sama. Rumus hidrokarbon tersebut adalah
A. CH2
B. C2 H4
C. CH6
D. C4 H8
E. C5 H10

23. Sebanyak 75 gram zat dengan rumus empiris (CH2O) (Ar H = 1, C = 12, 0 = 16) yang terlarut dalam 500 gram air, mendidih pada suhu 100,52°C (Kb air = O,52°C/m). Zat tersebut termasuk .
A. triosa
B. tetrosa
C. pentosa
D. heksosa
E. heptosa

24. Harga perbandingan antara massa 1 atom suatu unsur dengan x massa 1 atom 12C disebut
A. bilangan Avogardo
B. massa rumus relatif
C. satuan massa atom
D. massa molekul relatif
E. massa atom relatif

25. Jika massa 1 atom unsur X sama dengan 3,99 x 10-23 gram, maka massa atom relatif (Ar) unsur tersebut adalah . (massa 1 atom C—12 = 1,99 x 10-23 gram)
A. 12
B. 6
C. 9
D. 24
E. 40

26. Suatu unsur X mempunyai dua isotop, yaitu 42X dan 44X. Jika massa atom relatif X = 43,7 maka perbandingan persentase kedua isotop tersebut adalah .
A. 10:90
B. 15:85
C. 25:75
D. 50:50
E. 60:40

27. Jika 0,54 gram logam Al dimasukkan ke dalam larutan H2 SO4 0,1 M, maka akan terjadi reaksi yang menghasilkan A12(SO4)3 dan gas H2. Volum minimal larutan H2 SO4 0,1 M yang dibutuhkan agar semua Al habis bereaksi adalah (Diketahui Ar Al = 27, H = 1, 0 = 16, dan S =32)
A. 75mL
B. 150 ml
C. 200mL
D. 250 ml
E. 300 mL

28. Jika reaksi antara 6,0 gram etana, C2 H6 (Mr = 30), dengan 7,1 gram Cl2 (Mr = 71) menghasilkan 5,16 gram C2 H6C1 (Mr = 64,5), maka persentase rendemen etil kiorida adalah .
A. 60
B. 40
C. 50
D. 70
E. 80

29. Pupuk urea, CO(NH2)2, mengandung nitrogen 42%. Jika Mr urea = 60 dan Ar N = 14, maka kemurnian pupuk urea adalah
A. 45%
B. 60%
C. 75%
D. 90%
E. 98%

30. Secara teoritis, banyaknya cuplikan dengan kadar 80%, yang dapat menghasilkan 8 gram SO3 adalah . . . . (0 = 16, S = 32)
A. 3g
B. 4g
C. 5g
D. 6g
E. 8g

31. Sebanyak 22,5 gram kromium bereaksi dengan larutan tembaga sulfat menghasilkan 19,05 gram tembaga menurut reaksi:
2Cr + 3CuSO4 – Cr2 (SO4)3 + 3Cu
Jika massa atom relatif Cu adalah 63,5; maka massa atom relatif Cr adalah .
A. 23
B. 26
C. 35
D. 50
E. 70

32. Hidrolisis 6,84 gram sukrosa (C12H22 O11) (Ar H = 1, C = 12, 0 = 16) menggunakan larutan HC1 encer, menghasilkan monosakarith (C6H12O6) seberat . . . .
A. 0,9 gram
B. 1,8 gram
C. 3,6 gram
D. 4,8’gram
E. 7,2 gram

33. Dalam 8 gram gas oksigen (Ar 0 = 16) terdapat jumlah partikel molekul oksigen sebanyak.
A. 1,505 x 1023 molekul
B. 3,01 x 1023 molekul
C. 12,02 x 1023 molekul
D. 24,08 x 1023 molekul
E. 48,16 x 1023 molekul

34. Jumlah molekul dalam 2,8 gram CO (Mr = 28) sama dengan jumlah molekul dalam.
1) 2,0 gram H2 (Mr = 2)
2) 3,2 gram O2 (Mr = 32)
3) 1,4 gram N2 (Mr = 28)
4) 4,4 gram CO2 (Mr = 44)

Sistem Koloid

LANDASAN TEORI

A. KOMPONEN DAN PENGELOMPOKAN SISTEM KOLOID
Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dangan ukuran tertentu dalam medium pendespersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendespersikan disebut medium pendispersi.
1. Pengertian koloid
Koloid adalah suatu suspensi partikel-partikel kecil yang mempunyai ukuran tertentu dalam suatu medium kontinyu.
2. Macam-macam Sistem dispersi
Berdasarkan perbedaan ukuran zat yang didispersikan, sistem dispersi dapat dibedakan menjadi:
a. Dispersi kasar (suspensi) adalah partikel-partikel zat yang didispersikan lebih besar daripada 100 milimikron.
b. Dispersi halus adalah partikel-partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1 sampai dengan 100 milimicron.
c. Dispersi molekular (larutan sejati) adalah partikel-partikel zat yang didispersikan lebih kecil daripada 1 milimicron.
Tabel Perbedaan antara larutan, koloid, dan suspensi.
Aspek yang dibedakan Sistem Dispersi
Larutan Sejati Koloid Suspensi
Bentuk campuran Homogen Homogen Heterogen
Bentuk dispersi Dispersi molekul Dispersi padatan Dispersi padatan
Penulisan X(aq) X(s) X(s)
Ukuran Partikel < 1 nm 1 nm – 100 nm >100 nm
Fasa Tetap homogen Heterogen Heterogen
Penyaringan Tidak dapat disaring dengan kertas saring maupun saringan permeable Tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa, tapi dapat disaring dengan saringan pemeable Dapat disaring dengan kertas saring biasa
Pemeriksaan Tidak dapat diamati dengan microscope biasa, tapi tramati dengan microscope elektron Dapat diamati dengan microscope ultra. Dapat diamati dengan microscope biasa.

3. Klasifikasi Sistem Dispersi Koloid
Dalam sistem koloid, fase dispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, zat cair, atau gas.
a. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut aerosol padat. Sedangkan jika zat yang terdispersi berupa zat cair disebut aerosal cair.
Contoh aerosol padat: asap dan debu dalam udara
Contoh aerosol cair: kabut dan awan
b. Sol
Sol adalah sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair
Contoh sol: air sungai adalah sol dari lempung (tanah liat) dalam air, sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis, dan cat.
c. Emulsi
Emulsi adalah sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain.
Ada dua macam emulsi, yaitu:
a) Emulsi minyak dalam air (M/A); contohnya santan, susu, dan lateks.
b) Emulsi air dalam minyak (A/M); contohnya mayonnaise, minyak bumi, dan minyak ikan.
d. Buih
Buih adalah sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. Contohnya buih sabun.
e. Gel
Gel adalah koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair). Contohnya agar-agar, lem kanji, selei, gelatin, gel, sabun, dan gel silika.
4. Sifat-sifat koloid
Beberapa sifat-sifat koloid yang khas, yaitu:
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah suatu efek penghamburan berkas sinar oleh partikel-partikel yang terdapat dalam sistem koloid, sehingga jalannya berkas sinar terlihat.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerakan terpatah-terpatah (gerak zig-zag) yang terus-menerus dalam sistem koloid
c. Diffusi dan Filtrasi
Partikel koloid lebih sulit berdifusi bila dibandingkan dengan larutan sejati. Hal ini disebabkan ukuran partikel koloid lebih besar dibandingkan dengan partikel larutan sejati. Selain itu ukuran partikel koloid juga menyebabkan partikel koloid tidak dapat disaring dengan kertas biasa, tetapi harus dengan penyaring ultra.
Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses penyerapan zat/partikel/molekul pada permukaan diri zat tersebut sehingga koloid akan memiliki muatan listrik. Antara partikel koloid dengan ion-ion yang diadsorpsi akan membentuk beberapa lapisan, yaitu:
d) Lapisan pertama ialah lapisan inti yang bersifat netral, terdiri atas partikel koloid netral.
e) Lapisan ion dalam ialah lapisan ion-ion yang diadsorpsi oleh koloid.
f) Lapisan ion luar
d Kesetabilan koloid
Kesetabilan kolid ditentukan oleh muatan listrik yang dikandung partikel koloid. Muatan listrik dapat dilucuti, misalnya dengan penambahan zat yang bersifat elektrolit, akibatnya akan terjadi penggumpalan koloid atau pengendapan koloid
e Elektroforesis
Elektroforesis adalah peristiwa pemisahan koloid yang bermuatan. Partikel-partikel koloid yang bermuatan dengan bentuan arus listrik akan mengalir ke masing-masing elektroda yang bermuatannya berlawanan. Partikel yang bermuatan positif bergerak menuju ke elektroda positif.
f. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid dari proses koagulasi atau penggumpalan. Ada beberapa koloid pelindung yang digunakan pada emulsi, misalnya casein dalam susu. Jenis koloid ini disebut emuglatol.
g. Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan koloid dengan menggunakan kertas perkamen atau membran yang diletakan di dalam air yang mengalir
h. Koloid Liofil dan koloid Liofob
Umumnya terjadi pada koloid yang fase terdispersinya padatan dan mediumnya cairan atau berupa sol, sehingga lebih dikenal sebagai sol liofil atau sol liofob.
Sol liofil adalah sol di mana fase terdispersinya senang akan medium pendispersinya (senang akan cairan) atau di katakan juga afinitas atau daya tarik terhadap mediumnya sangat kuat.
Sol liofob adalah kebalikan dari sol liofil, di mana partikel fase terdispersinya kurang/tidak senang akan cairannya (mediumnya).

B. PEMBUATAN KOLOID
Larutan koloid dapat dibuat dengan dua cara, yaitu:
a. Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel-partikel halus (molekuler) menjadi partikel yang lebih besar. Pembuatan koloid dengan cara ini dilakukan melalui:
i. Cara Kimia
Partikel koloid dibentuk melalui reaksi-reaksi kimial seperti reaksi hidrolisis, reaksi reduksi-oksidasi, atau reaksi subtitusi.
1. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan reaksi zat dengan air.
Contoh : pembuatan sol Besi(III)hidroksida, sol Al(OH)3
Sol besi (III)hidroksida dibuat dari larutan FeCl3 dengan air mendidih.
FeCl3(aq) + 3 H2O(l)  Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
Coklat
AlCl3(aq) + 3 H2O(l)  Al(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
Putih
2. Reaksi reduksi-oksidasi
Reaksi reduksi0oksidasi merupakan reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi,
3. Reaksi subtitusi
Reaksi subtitusi merupakan reaksi penggantian, misalnya pengggantian ion.
ii. Cara Fisika
Dilakukan dengan jalan menurunkan kelarutan dari zat terlarut, yaitu dengan jalan pendinginan atau mengubah pelarut sehingga terbentuk satu sol koloid.
b. Cara Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi partikel yang lebih halu/ lebih kecil; dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
i. Cara Mekanik
Dengan cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpung atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan medium dispersi
Contoh:
Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti Gula Pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air (seperti yang dilakukan dalam praktikum)
ii. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselusosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain.
iii. Cara Busur Bredig
Digunakan untuk membuat sol-sol logam, logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik diantara kedua ujungnya. Mula-mula atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara ini merupakan penggabungan antara cara dispersi dengan cara kondensasi


PRAKTIKUM

Rumusan Praktikum :
1. Pasir halus, Tanah, Gula pasir, tepung tergolong apakah ?
2. Sifat-sifat koloid apakah yang di jumpai ?
3. Bagaimana pembuatan sol besi(III)hidroksida ?
4. Bagaimana reaksi yang terjadi dalam pembuatan sol besi(III) hidroksida ?
5. Bagaimana pembuatan sol belerang ?
6. Mengapa dalam pembuatan sol belerang perlu ditambahkan gula pasir ?
7. Apa sajakah alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini ?
Tujuan Praktikum :
1. Untuk melatih keterampilan melakukan pengelompokan dan membedakan campuran kedalam larutan, koloid dan suspensi
2. Untuk mengetahui sifat-sifat dari koloid.
3. Untuk mengetahui cara pembuatan koloid
4. Untuk mengetahui cara pembuatan sol besi(III)hidroksida dan sol belerang
5. Agar mengenal peralatan laboratorium secara nyata.
Alat :
1. Beker Gelas/ gelas kimia
2. Corong Kaca
3. Kertas saring (filter paper)
4. Labu Erlenmeyer (tempat meyaring)
5. Spatula (Batang pengaduk) kaca.
6. Senter Baterai
7. Kaki Tiga dan kasa
8. Pembakar spritus
9. Pengerus dan alu
Bahan :
1. Air (H2O)
2. Pasir halus
3. Tanah
4. Tepung Kanji
5. Gula pasir
6. Larutan FeCl3
7. Sulfur/Belerang
Prosedur Kerja :
A. Pengelompokan Campuran :
1. Menyiapkan alat serta bahan bahannya.
2. Mengambil Gelas kimia sebanyak empat
3. Mengisi semua gelas kimia tadi dengan air 100 mL
4. Mengisi pasir halus, Tanah, Gula pasir, dan tepung kanji masing masih 1 spatula kedalam gelas kimia yang telah berisi air.
5. Mengaduk keempat campuran tadi dengan spatula sehingga terdispersi secara merata.
6. Mengamati homogenitas ketiga campuran tersebut.
7. Mengamati sifat optik (Efek Tyndall) dengan menggunakan senter.
8. Menyaring campuran pasir halus dengan cara memasang corong diatas Labu Erlenmeyer.
9. Melipat kertas saring agar sesuai dengan bentuk corongnya.
10. Menuangkan campuran pasir halus yang belum tersaring keatas kertas saring secara perlahan.
11. Mengamati residu pada kertas saring
12. Mengulangi langkah 7 pada filtrat untuk melihat adanya koloid kembali. (koloid tidak dapat tersaring oleh kertas saring, sehingga pada filtrat masih bersifat koloid.
13. Mengulangi langkah 8 sampai dengan langkah 12 untuk campuran yang lain.
14. Menyusun hasil pengamatan, dan membahas dalam bentuk laporan.

B. Prosudur Cara Pembuatan Koloid :
i. Pembuatan sol besi(III) hidroksida
1. Menyediakan gelas kimia
2. Mengisi air ± 50 mL pada gelas kimia
3. Menyiapkan larutan FeCl3 25mL
4. Mendidihkan air yang berada pada gelas kimia diatas kaki tiga dan kasa.
5. Menuangkan larutan FeCl3 kedalam air mendidih
6. Mengamati perubahan yang terjadi
7. Mengamati sifat optik (Efek Tyndall) dengan menggunakan senter.
8. Menuliskan reaksi yang terjadi
9. Melaporkan hasil pengamatan, membahas dan menyimpulkan.
ii. Pembuatan sol belerang/sulfur
1. Menyiapkan alat penggerus serta alu.
2. Menyiapkan gelas kimia dan mengisi air 100 mL ke dalamnya.
3. Mengambil belerang dan di tambah gula dengan perbandingan gula lebih banyak dari pada belerang.
4. Memasukan belerang dan gula dalam alat penggerus.
5. Menggerus belerang dan gula dengan alu sampai menjadi halus.
6. Masukan gerusan belerang dan gula ke dalam gelas kimia yang bersisi air.
7. Mengamati sifat optik (Efek Tyndall) dengan menggunakan senter.
8. Melaporkan hasil pengamatam, membahas, dan menyimpulkan dalam bentuk laporan.
Dari seluruh kegiatan penggunaan alat untuk melakukan percobaan dangan zat yang berbeda saya selalu melakukan pencucian secara bersih agar zat lain tidak terkontaminasi atau bereaksi.


HASIL PENGAMATAN

TABEL PENGAMATAN :

A. PENGELOMPOKAN CAMPURAN:
No. Nama Campuran Residu Pada Kertas saring Bentuk Dispersi Efek Tyndall
KOLOID
1
2
3
4 Camp. Pasir Halus
Camp. Tanah
Camp. Gula Pasir
Camp. Tepung Ada
Ada
Tidak
Tidak Suspensi
Suspensi
Larutan Sejati
Koloid Tidak
Tidak
Tidak
Ada


B. PEMBUATAN SISTEM KOLOID :
No. Nama Koloid Hasil Yang teramati Keterangan
1 Sol besi(III)hidroksida
Fe(OH)3 Terjadi endapan coklat, adanya efek tyndall jika disenter Merupakan koloid dengan cara kondensasi secara kimia yaitu hidrolisis
2 Sol Belerang/sulfur Terjadi endapan pada bagian bawah campuran, adanya efek tyndall jika di senter Merupakan koloid dengan cara Dispersi Mekanik dengan menambah zat stabilezer (gula)


PEMBAHASAN

A. Pembahasan Untuk Pengelompokan Campuran :
Dari pengamatan yang saya lakukan dalam pengelompokan campuran yaotu pada saat penyaringan terdapat residu yaitu campuran pasir halus dengan campuran tanah, kedua campuran ini tergolong dalam sistem dispersi yaitu sistem suspensi dan tidak ada sifat optik koloid yaitu efek tyndall, yaitu campuran berbentuk heterogen dapat dilihat secara terpisah misalnya seperti pasir halus dengan air dapat terlihat ada perbedaan antara ke dua jenis zat tersebut. Sistem dispersi ini berbentuk dispersi padatan, berfasa heterogen, dapat tersaring dengan menggunakan kertas saring biasa dan juga teramati dengan microscope biasa. Ini berari memiliki ukuran partikel > 100 nm. Sedangkan pada campuran gula pasir dan tepung kanji berbeda halnya dengan campuran pasir halus dengan campuran tanah, yang membedakan yaitu dari pada sistem dispersinya, jika larutan Gula pasir termasuk larutan sejati, campuran berbentuk homogen yaitu campuran tidak dapat terbedakan antara gula maupun airnya,dan memiliki fasa tetap homogen, bentuk dispersinyanya yaitu dispersi molekul, dalam penyaringan dengan menggunakan kertas saring biasa maupun saringan permeable tidak terdapat residu ini berarti memiliki ukuran partikel < 1 nm, pengamatan hanya dapat menggunakan microscope elektron, tidak dapat teramati oleh microscope biasa. Pada campuran tepung kanji termasuk koloid karena pada saat penyaringan tidak terdapat residu karena memiliki ukuran partikel 1 nm – 100 nm, campuran ini dapat disaring menggunakan saringan permeable. Dan pada saat penyinaran terjadi penghamburan cahaya oleh partikel koloid ini disebut dengan efek tyndall karena ukuran partikel lebih besar dari panjang gelombang cahaya. Pada saat tepung kanji ini di panaskan maka terjadi berupa Gel yaitu koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) dan lengket.
B. Pembahasan untuk pembuatan Sistem Koloid :
i. Pembuatan Sol Besi(III)hidroksida
Dari pengamatan yang saya lakukan, terjadi reaksi pada saat pembuatan sol besi(III)hidroksida yaitu :
Reaksi : FeCl3(aq) + 3 H2O(l)  Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
(Coklat)
Pembuatan koloid ini menggunakan sistem kondensasi cara kimia yaitu hidrolisis yaitu cara pembuatan koloid dengan mengubah partikel molekuler (larutan) menjadi partikel berukuran koloid yang dapat terlihat pada reaksi diatas. Dan tujuan dari pada kondensasi adalah menggumpalkan partikel-partikel larutan. Pada saat pembuatan sol ini terdapat endapan berwarna coklat dan tidak tersaring oleh kertas saring biasa, hanya bisa tersaring dengan saringan permeabel, koloid ini jika diamati dengan menggunakan senter maka akan teramati adanya efek tyndall yaitu terjadi penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid karena ukuran partikel lebih besar dari panjang gelombang, dan sifat lainnya yaitu sifat listrik koloid mengalami elektroforesis yaitu peristiwa pemisahan koloid yang bermuatan. Partikel-partikel koloid yang bermuatan dengan bentuan arus listrik akan mengalir ke masing-masing elektroda yang bermuatannya berlawanan. Partikel yang bermuatan positif bergerak menuju ke elektroda positif. Dan koloid ini bermuatan positif karena pada saat kedua elektroda positif dan Negatif dicelupkan kedalam maka gelembung lebih banyak berada pada elektroda positif, maka dari pada itu sol ini dikatakan bermuatan positif.
ii. Pembuatan Sol Belerang
Pembuatan koloid Sol Belerang ini menggunakan sistem dispersi yaitu Dengan cara Mekanik yaitu butir-butir kasar digerus dengan lumpung atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan medium dispersi yaitu air. Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert yaitu Gula Pasir zat inert sering juga disebut zat pemantap (zat stabilezer) ini berguna untuk memantapkan belerang agar dapat tenggelam ke dalam air, kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air, setelah itu sol belerang ini dapat diamati terdapat endapan pada dasar gelas kimia jika didiamkan beberapa saat. Pada saat penyinaran dengan menggunakan senter ke dalam campuran terjadi penghamburan cahaya oleh partikel koloid sol belerang itu merupakan efek tyndall.


Simpulan :
- Tujuan dari pengelompokan campuran tidak lain dari pembedaan dari masing-masing sistem dispersinya
- Campuran pasir halus dan tanah merupakan sistem dispersi yang tergolong suspensi kasar dan campuran berbentuk Heterogen. Suspensi kasar dapat disaring oleh kertas saring biasa.
- Campuran Gula pasir merupakan partikel zat terdispersi secara merata dan ukuran partikelnya lebih kecil dari 1 nm ini digolongkan dalam larutan sejati dan campuran berbentuk homogen.
- Larutan sejati tidak dapat tersaring dengan menggunakan semua media penyaringan.
- Pada campuran tanah dan pasir halus tidak terlihat adanya penghaburan cajaya (efek tyndall).
- Campuran tepung kanji merupakan partikel zat terdispersi secara merata dan ukuran partikelnya lebih besar 1 nm dan lebih kecil 100 nm maka ini disebut koloid.
- Apabila campuran tepung kanji di panaskan akan terjadi gel karena zat cairnya diserap.
- Koloid tidak dapat tersaring menggunakan kertas saring biasa, hanya bisa disaring menggunakan saringan permeabel seperti selaput dari telur paling luar, dan usus hewan yang sangat tipis ini bersifat permeable. Sehingga pada saat penyinaran kembali dengan senter masih terlihat adanya efek tyndall.
- Dalam pembuatan sol besi(III)hidroksida dilakukan dengan sistem kondensasi, dan terjadi hidrolisis serta terbentuk endapan pada dasar gelas kimia yang berwarna coklat.
- Sol besi(III)hidroksida memiliki sifat-sifat koloid seperti sifat optik yaitu efek tyndall dan sifat listrik yaitu elektroforesis.
- Sol belerang akan membentuk koloid belerang karena teramati sifat-sifat dari pada koloid seperti efek tyndall
- Pada saat pembuatan sol belerang ini belerang perlu di tambahkan zat inert yaitu zat pemantap berupa gula pasir yaitu agar belerang dapat tenggelam dalam air. Dan dapat lebih mudah mengamati sifat-sifat koloid.
- Sol belerang dapat membentuk koloid

Koligatif Larutan

LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.
Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut.
Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.

Larutan ini dibedakan atas :

1. ELEKTROLIT KUAT

Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).

Yang tergolong elektrolit kuat adalah:

a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain

2. ELEKTROLIT LEMAH

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.

Yang tergolong elektrolit lemah:

a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain

Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:

- Larutan urea
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain
Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut.
Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:
1. FRAKSI MOL (X)
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

Fraksi mol dilambangkan dengan X.


Contoh:
Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A dengan 7 mol zat terlarut B. maka:
XA = nA / (nA + nB) = 3 / (3 + 7) = 0.3
XB = nB /(nA + nB) = 7 / (3 + 7) = 0.7
* XA + XB = 1
2. PERSEN BERAT (%)
Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.

Contoh:
Larutan gula 5% dalam air, artinya: dalam 100 gram larutan terdapat :
- gula = 5/100 x 100 = 5 gram
- air = 100 - 5 = 95 gram
3. MOLALITAS (m)

Molalitas menyatakan mol zat terlarut dalam kg (1000 gram) pelarut.


Contoh:
Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !
- molalitas NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air = 0,2 m
4. MOLARITAS (M)

Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Contoh:
Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (Mr= 98) dalam 250 ml larutan ?
- molaritas H2SO4 = (9.8/98) mol / 0.25 liter = (0.1 x 4) mol / liter = 0.4 M
5.* NORMALITAS (N)

Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+.
Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-.
Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan :

N = M x valensi

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).

Sifat koligatif meliputi:
1. Penurunan tekanan uap jenuh (rP)
2. Kenaikan titik didih (rTb)
3. Penurunan titik beku ( )
4. Tekanan osmotik ( )

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

PENURUNAN TEKANAN UAP JENUH (rP)
Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapanberkurang.
Menurut RAOULT:
p = po . XB
dimana:
p = tekanan uap jenuh larutan
po = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB = fraksi mol pelarut
Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi:
P = Po (1 - XA)
P = Po - Po . XA
Po - P = Po . XA
sehingga:
rP = po . XA
dimana:

P = penunman tekanan uap jenuh pelarut
po = tekanan uap pelarut murni
XA = fraksi mol zat terlarut
Contoh:
Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan dalam 90 gram air !
Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20oC adalah 18 mmHg.

Jawab:
mol glukosa = 45/180 = 0.25 mol
mol air = 90/18 = 5 mol
fraksi mol glukosa = 0.25/(0.25 + 5) = 0.048
Penurunan tekanan uap jenuh air:

P = Po. XA = 18 x 0.048 = 0.864 mmHg
KENAIKAN TITIK DIDIH (rTb)
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni.
Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
Tb = m . Kb
dimana:
Tb = kenaikan titik didih (oC)
m = molalitas larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
Karena : m = (W/Mr) . (1000/p) ; (W menyatakan massa zat terlarut)
Maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:
Tb = (W/Mr) . (1000/p) . Kb
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai:
Tb = (100 + rTb)oC
PENURUNAN TITIK BEKU ( )
Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai :
Tf = m . Kf = W/Mr . 1000/p . Kf
dimana:
Tf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:
Tf = (O - Tf)oC
Tabel Tetapan kenaikan Titik didih Molal (Kb) dan Tetapan penurunan Titik Beku Molal (Kf) dari beberapa Pelarut (tekanan 1 atm)
Pelarut Titik Didih (oC) Kb Titik Beku (oC) Kf
Air 100,0 0,52 0,00 1,86
Asan asetat 118,3 3,07 16,6 3,57
Benzena 80,20 2,53 5,45 5,07
Klorofrom 61,20 2,63 - -
TEKANAN OSMOTIK ( )

Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis).

Menurut VAN'T Hoff tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal:
PV = nRT
Karena tekanan osmotik = , maka :
= n/V R T = C R T
dimana :
= tekanan osmotik (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (mol/liter= M)
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/moloK
T = suhu mutlak (oK)
- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain
disebut larutan Hipotonis.
- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain
disebut larutan Hipertonis.
- Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut
Isotonis.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.

Contoh:
Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur.
- Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal.
- Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) --> Na+ (aq) + Cl- (aq) karena terurai menjadi 2 ion, maka konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal.
Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat ionisasi.
Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai:
α = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula

Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < α < 1).
Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat koligatifnya sebagai berikut:
Faktor Van’t Hoff(i) i = [1+α (n-1)]
1.) Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai:
rTb = m . Kb [1 + α (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kb [1+ α (n-1)]
n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya.
2.) Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai:
rTf = m . Kf [1 + α (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kf [1+ α (n-1)]
3.) Untuk Tekanan Osmotik dinyatakan sebagai:
= C R T [1+ α (n-1)]
4.) Untuk penurunan tekanan uap (rP) dinyatakan sebagai:
rP = po . XA. [1+ α (n-1)]
Contoh:
Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan 5.85 gram garam dapur (Mr = 58.5) dalam 250 gram air ! (bagi air, Kb= 0.52 dan Kf= 1.86)
Jawab:
Larutan garam dapur, NaCl(aq) --> NaF+ (aq) + Cl- (aq)
Jumlah ion = n = 2.
rTb = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.52 [1+1(2-1)] = 0.208 x 2 = 0.416oC
rTf = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.86 [1+1(2-1)] = 0.744 x 2 = 1.488oC

Catatan:
Jika di dalam soal tidak diberi keterangan mengenai harga derajat ionisasi, tetapi kita mengetahui bahwa larutannya tergolong elektrolit kuat, maka harga derajat ionisasinya dianggap 1.

Colligative Nature of Solution


Colligative is the nature of solution which doesn't depend on the type of solute substances but only on the concentration of it's particle.

Many particles in the solution is determined by the concentration of solution and that nature itself. In non-electrolyte solution, many particles are not the same as the particles contained in the electrolyte solution, although the concentration of both the same. This is because the electrolyte solution straggling into ions, while non-electrolyte solution is not ionize.

For example, 0.1 mol glucose solution containing 0.1 mol glucose molecule. Meanwhile, in 0.1 mol NaCl solution containing 0.2 mol ion particles. Because the solution of 0.1 mol NaCl ionize become 0.1 mol ion Na+ and 0.1 mol ion Cl-.


Solution that will be discussed here is the solution of liquid substances that are not easily evaporate.